Dari Buku Kartu Pos

Foto Buku "The Reading Woman". (Dokumentasi: Atep Kurnia).

Pagi itu, ketika saya hendak membuka laptop, di luar terdengar orang yang berseru: paket! Kurir mengantarkan pesanan. Saya duga itu pesanan saya sebelumnya. Tiga kaset pita Sunda atau tiga buku, masing-masing buku kumpulan esai, novela karya Satyajit Ray, dan kumpulan kartu pos yang dibukukan. Saya dapati paket itu, ternyata pesanan buku yang datang.

Seperti biasanya, bila pesanan datang, saya akan segera membukanya. Dengan cutter saya memotong bungkusan plastik paket berwarna hitam bergelombang-gelombang, lalu saya cabut satu per satu buku. Seperti yang saya duga sebelumnya, buku kumpulan kartu pos yang segera menarik perhatian. Bukunya termasuk mungil, termasuk kelompok buku saku, melebar ke samping kanan, layaknya sebuah album.

Di kolofon terbaca buku ini diterbitkan oleh Pomegranate Communications, Inc., satu perusahaan yang bermarkas di Rohnert Park, CA alias California, Amerika Serikat, pada tahun 2000. Namun, pencetakan bukunya sendiri tidak dilakukan di Negeri Paman Sam, melainkan dikerjakan di Negara Paman Mao. Rupanya pada awal millenium kedua itu, sebagian pekerjaan di Amerika Serikat sudah dimaklunkan di Tiongkok.

Kita lewati dulu kata pengantar, sekarang kita lihat kartu posnya. Kartu pos pertama menggambarkan seorang perempuan muda berambut pirang yang sedang bersandar ke kursi bertangan dengan sandaran berwarna hijau. Matanya terpusat ke buku yang sedang dipegang kedua tangannya. Nampak asyik betul membaca buku.

Di halaman belakangnya, di sudut kiri atas tertera keterangan pelukis, judul lukisan, dan pihak yang mengoleksinya, yaitu pelukis Leon Kamir kelahiran Polandia pada tahun 1872. Judul lukisannya Woman Reading. Lembaga yang mengoleksinya adalah Musée d’Orsay, Paris. Di sudut kiri bawah termaktub keterangan yang punya hak atas foto lukisan tersebut, yaitu The Bridgeman Art Library, London. Di tengah halaman secara memanjang tertulis keterangan penerbit dan alamatnya. Adapun untuk prangko tersedia ruang di sudut kanan atas, yang lagi-lagi di dalamnya diisi ilustrasi perempuan yang sedang membaca.

Demikianlah pola masing-masing kartu pos yang disajikan dalam buku bertajuk The Reading Woman: A Book of Postcards ini. Semuanya ada 30 kartu pos dan menampilkan lukisan indah yang menggambarkan perempuan yang sedang membaca, dengan posisi bermacam-macam. Umumnya sedang duduk, tetapi ada pula yang berdiri dan berbaring.

Bila saya rekonstruksi, di balik penyusunan buku ini ada proses yang terbilang panjang. Pada mulanya, ada pelukis yang membuat lukisan yang menggambarkan perempuan sedang membaca, entah sebagai ungkapan estetis pribadinya sendiri, bagian dari kecenderungan seni di zamannya, atau atas pesanan yang dilukis atau bahkan pesanan kolektor. Lukisan itu kemudian terus dikoleksi atau bisa jadi pula berpindah tangan. Dikoleksi pribadi, dipamerkan di galeri, atau disimpan dalam museum, hingga akhirnya The Bridgeman Art Library melakukan inventarisasi dan pemotretan terhadap berbagai lukisan tersebut sebagai bagian dari dokumentasi seni.

Bisa jadi bertahun-tahun kemudian, Pomegranate Books menggagas ide untuk menyusun kumpulan kartu pos bertema perempuan membaca. Mereka mengkurasi, memilih karya-karya dari berbagai koleksi, dan mengurus perizinan reproduksinya. Lukisan-lukisan itu lalu diolah menjadi produk cetak, dalam format buku kartu pos, dan dipasarkan ke publik. Ini sesuai dengan proyek yang mereka jalankan untuk menerbitkan buku seri kartu pos dengan berbagai latar belakang.

Buku ini sudah barang tentu termasuk salah satu dari metabuku, buku yang membahas buku, kegiatan membaca atau menulis secara tersurat dalam isinya. Buku yang membahas buku memang sangat saya sukai dan kapan pun ada kesempatan, bila memungkinkan, saya akan berusaha untuk mendapatkannya.

Metabuku memang punya daya tarik bagi saya sebagai pembaca, penulis, dan kolektor buku. Metabuku bisa menjadi ajang untuk merenungkan kembali apa artinya menjadi pembaca, penulis, dan kolektor buku. Ia dapat menyadarkan bahwa membaca dan menulis berarti mengonsumsi dan menyeleksi informasi, menyajikan dan membangun makna, serta kesediaan untuk terlibat dalam dialog dengan sejumlah teks. Karena sebuah teks kerap kali merupakan jaringan kutipan dari teks-teks lainnya. Dari situ, saya sebagai pembaca dan penulis diingatkan mengenai posisi: dari mana, sedang berada di mana dan akan ke mana?

Kembali ke The Reading Woman: A Book of Postcards. Dalam kata pengantar disajikan kesejajaran antara nikmatnya membaca buku dan menikmati lukisan: “Sebagaimana perempuan yang membaca larut dalam imajinasinya dan terhisap ke dalam cerita, demikian pula sang penikmat lukisan sejenak meninggalkan kehidupannya sendiri dan masuk ke dalam dunia lukisan. Di sanalah terbentang cakrawala kemungkinan yang tak terbatas, peluang untuk pencerahan, serta pelarian yang menggoda dari beban kehidupan sehari-hari”.

Dalam konteks literasi kini yang sarat kecepatan baca (scrolling) dan paparan citra digital, kehadiran buku semacam ini saya pikir sangat penting. Dengan buku ini kita diajak untuk kembali memaknai membaca sebagai laku intim di antara dunia nyata dan dunia yang dibayangkan ada di dalam buku. Dengan kata lain, buku The Reading Woman: A Book of Postcards mengajak kita untuk kembali membaca secara perlahan, penuh perhatian, agar lebih memahami dan lebih menikmati bacaan, demi memberi ruang bagi imajinasi dalam dunia yang serba cepat ini.

Cikancung, 7 Juni 2025

 

Editor: Hafidz Azhar

Picture of Atep Kurnia

Atep Kurnia

Peminat literasi dan budaya Sunda. Sehari-hari bekerja di Badan Geologi.